ASSET BANGUNAN

Pelinggih Menjang Seluang
Pelinggih Menjangan Seluang atau Sakaluang dipandang sebagai penyatuan pikiran, pendapat, pandangan atau keinginan , jadi sebagai lambang persatuan dan kesatuan, serta kerukunan.
Pemerintah atau lembaga kebudayaan mungkin terlibat dalam pemeliharaan pelinggih yang memiliki nilai sejarah atau keagamaan yang penting bagi masyarakat Bali.
Periode Pembuatan: 900 - 1200

Pelinggih Lingga Yoni Purusa
Pelinggih Lingga Yoni Purusa adalah salah satu bentuk tempat suci (pelinggih) dalam agama Hindu yang memiliki makna filosofis dan simbolis yang sangat dalam, terutama berkaitan dengan penciptaan dan keseimbangan alam semesta.
Pelinggih seperti ini merupakan bagian dari warisan budaya dan keagamaan Hindu-Bali yang kaya. Mereka memainkan peran penting dalam memelihara dan meneruskan tradisi-tradisi keagamaan yang telah ada selama berabad-abad di Bali.
Periode Pembuatan: 900 - 1200

Pelinggih Lingga Yoni
Pelinggih Lingga Yoni adalah tempat suci dalam arsitektur suci Hindu Bali yang berfungsi sebagai stana atau tempat pemujaan Dewa Siwa, khususnya dalam aspek kekuatan penciptaan (prokreasi) dan kesucian kosmis.
Pelinggih ini mencerminkan penghormatan yang mendalam terhadap tradisi dan warisan budaya Hindu-Bali. Masyarakat Bali melestarikan dan merawat pelinggih ini sebagai bagian integral dari identitas budaya mereka.
Periode Pembuatan: 900 - 1200

Pelinggih Bhatara Manik Mas
Pelinggih Betara Manik Mas adalah salah satu bentuk pelinggih (bangunan suci) dalam tradisi Hindu Bali yang berfungsi sebagai stana atau tempat suci pemujaan untuk Dewa Manik Mas.
Pelinggih ini sering kali dihias dengan ukiran-ukiran halus dan ornamen-ornamen yang rumit, yang menggambarkan adegan-adegan mitologis, motif alam, atau pola-pola geometris. Keindahan ukiran ini menambahkan sentuhan artistik yang kuat pada struktur pelinggih.
Periode Pembuatan: 900 - 1200

Pelinggih Ida Sri Aji Kuntana
Ida Sri Aji Kunti Kutana adalah tokoh suci leluhur atau manifestasi Dewa dalam bentuk lokal atau historis yang sangat dihormati. Jika disebut sebagai tempat arca Bhatara Guru, maka pelinggih ini memiliki makna sangat luhur, karena berfungsi sebagai stana dari Bhatara Guru – manifestasi Dewa Siwa sebagai guru agung atau sumber ajaran dan kebijaksanaan.
Pelestarian dan perawatan pelinggih ini juga dapat menciptakan lapangan kerja bagi penduduk setempat, misalnya sebagai petugas pemeliharaan, pemandu wisata, atau pengelola kegiatan keagamaan di pelinggih tersebut. Hal ini dapat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat lokal.
Periode Pembuatan: 900 - 1200

Pelinggih Ngayat Gunung Batur & Lebah
“pelinggih ngayat” berarti pelinggih tersebut menghadap (ngaturang) sembah bakti ke arah pura atau tempat suci yang lebih tinggi secara spiritual dan kosmologis. Maka, pelinggih yang ngayat ke Pura Gunung Batur atau Pura Gunung Lebah menandakan adanya hubungan taksu rohani atau pemedal kekuatan spiritual dari pura Gunung Batur.
Pelinggih ini mencerminkan penghormatan yang mendalam terhadap tradisi dan warisan budaya Hindu-Bali. Masyarakat Bali melestarikan dan merawat pelinggih ini sebagai bagian integral dari identitas budaya mereka.
Periode Pembuatan: 900 - 1200

Pelinggih Bhatara Sri
Pelinggih atau tempat suci bagi Dewi Sri, yang dalam ajaran Hindu Bali dipuja sebagai dewi kemakmuran, kesuburan, hasil bumi, dan padi. Ia identik dengan aspek feminim Dewa Wisnu dan sangat penting dalam kehidupan agraris.
Pelinggih seperti ini merupakan bagian dari warisan budaya dan keagamaan Hindu-Bali yang kaya. Mereka memainkan peran penting dalam memelihara dan meneruskan tradisi-tradisi keagamaan yang telah ada selama berabad-abad di Bali.
Periode Pembuatan: 900 - 1200

Gedong Arca
Gedong Arca adalah bangunan suci (pelinggih) dalam tradisi Hindu Bali yang digunakan sebagai tempat menyimpan arca (pratima) dari Dewa-Dewi, Bhatara-Bhatari, atau leluhur yang telah disucikan. Bangunan ini memiliki fungsi sebagai stana niskala, tempat turun atau bersemayamnya kekuatan spiritual saat upacara atau saat dipuja.
Pemerintah atau lembaga kebudayaan mungkin terlibat dalam pemeliharaan pelinggih yang memiliki nilai sejarah atau keagamaan yang penting bagi masyarakat Bali.
Periode Pembuatan: 900 - 1200

Lumbung Padi
Lumbung padi, atau dalam istilah Bali disebut jineng atau klumpu, adalah bangunan tradisional yang digunakan untuk menyimpan gabah/padi hasil panen. Jineng bukan sekadar tempat fisik, tetapi memiliki nilai budaya, ekonomi, dan spiritual yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat agraris Bali.
Pelinggih ini sering kali dihias dengan ukiran-ukiran halus dan ornamen-ornamen yang rumit, yang menggambarkan adegan-adegan mitologis, motif alam, atau pola-pola geometris. Keindahan ukiran ini menambahkan sentuhan artistik yang kuat pada struktur pelinggih.
Periode Pembuatan: 900 - 1200

Panggungan Bhakti
Panggungan bakti adalah tempat atau alas suci yang digunakan untuk menstanakan tapakan suci (pebangkit), seperti pratima, arca, sanghyang, atau benda sakral lainnya, saat upacara piodalan, ngelinggihang, atau kegiatan keagamaan lainnya.
Pelestarian dan perawatan pelinggih ini juga dapat menciptakan lapangan kerja bagi penduduk setempat, misalnya sebagai petugas pemeliharaan, pemandu wisata, atau pengelola kegiatan keagamaan di pelinggih tersebut. Hal ini dapat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat lokal.
Periode Pembuatan: 900 - 1200

Pelinggih Pengider Buana
Pelinggih suci dalam tradisi Hindu Bali yang berfungsi sebagai stana (tempat bersemayam) dari Dewa-Dewata penjaga arah mata angin (Dewa Nawa Sanga). Pelinggih ini menjadi simbol pemujaan terhadap energi kosmis dan kekuatan alam semesta yang menjaga keseimbangan buana agung (alam) dan buana alit (diri manusia).
Pelinggih ini mencerminkan penghormatan yang mendalam terhadap tradisi dan warisan budaya Hindu-Bali. Masyarakat Bali melestarikan dan merawat pelinggih ini sebagai bagian integral dari identitas budaya mereka.
Periode Pembuatan: 900 - 1200

Pelinggih Padmasana
Padmasana adalah pelinggih utama dan paling suci dalam pura Hindu di Bali, yang digunakan sebagai stana (tempat bersemayam) Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa dalam konsep Hindu Bali. Padmasana menjadi pusat spiritual dan simbol utama dalam pelinggihan karena mewakili kehadiran Tuhan secara niskala (tidak berbentuk).
Pelinggih seperti ini merupakan bagian dari warisan budaya dan keagamaan Hindu-Bali yang kaya. Mereka memainkan peran penting dalam memelihara dan meneruskan tradisi-tradisi keagamaan yang telah ada selama berabad-abad di Bali.
Periode Pembuatan: 900 - 1200

Bale Lantang
Bale Lantang adalah salah satu bangunan suci penting dalam struktur pura atau bale adat di Bali yang memiliki fungsi utama sebagai tempat musyawarah, paruman (rapat), dan pelaksanaan yadnya adat. Dalam konteks pura kahyangan tiga atau bale banjar adat, Bale Lantang memiliki fungsi sosial-religius yang sangat kuat.
Bale ini mencerminkan penghormatan yang mendalam terhadap tradisi dan warisan budaya Hindu-Bali. Masyarakat Bali melestarikan dan merawat pelinggih ini sebagai bagian integral dari identitas budaya mereka.
Periode Pembuatan: 2023

Pelinggih Dasar
Pelinggih Dasar atau Pelinggih Ibu Pertiwi adalah salah satu pelinggih yang sangat penting dalam susunan pelinggih di pura atau merajan (sanggah keluarga) di Bali. Pelinggih ini merupakan stana (tempat bersemayam) dari Ibu Pertiwi, yaitu personifikasi suci dari Bumi sebagai sumber kehidupan dan kesuburan.
Pelinggih seperti ini merupakan bagian dari warisan budaya dan keagamaan Hindu-Bali yang kaya. Mereka memainkan peran penting dalam memelihara dan meneruskan tradisi-tradisi keagamaan yang telah ada selama berabad-abad di Bali.
Periode Pembuatan: 2023

Candi Bentar
Yang berufungsi sebagai pintu masuk pura.
Bangunan ini sering kali dihias dengan ukiran-ukiran halus dan ornamen-ornamen yang rumit, yang menggambarkan adegan-adegan mitologis, motif alam, atau pola-pola geometris. Keindahan ukiran ini menambahkan sentuhan artistik yang kuat pada struktur.
Pelestarian dan perawatan Bangunan ini juga dapat menciptakan lapangan kerja bagi penduduk setempat, misalnya sebagai petugas pemeliharaan, pemandu wisata, atau pengelola kegiatan keagamaan di Bangunan tersebut. Hal ini dapat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat lokal.
Periode Pembuatan: 2015

Pelinggih Jaga
Berfungsi Sebagai Penjaga Lawang.
Pelinggih ini mencerminkan penghormatan yang mendalam terhadap tradisi dan warisan budaya Hindu-Bali. Masyarakat Bali melestarikan dan merawat pelinggih ini sebagai bagian integral dari identitas budaya mereka.
Pelinggih seperti ini merupakan bagian dari warisan budaya dan keagamaan Hindu-Bali yang kaya. Mereka memainkan peran penting dalam memelihara dan meneruskan tradisi-tradisi keagamaan yang telah ada selama berabad-abad di Bali.
Periode Pembuatan: 2015

Bale Kulkul
Yang berfungsi untuk memberitahukan pemedek jika terdapat acara atau kegiatan yang berkaitan dengan Pura dengan cara memukul kukul tersebut.
Pemerintah atau lembaga kebudayaan mungkin terlibat dalam pemeliharaan Bangunan yang memiliki nilai sejarah atau keagamaan yang penting bagi masyarakat Bali.
Bangunan ini sering kali dihias dengan ukiran-ukiran halus dan ornamen-ornamen yang rumit, yang menggambarkan adegan-adegan mitologis, motif alam, atau pola-pola geometris. Keindahan ukiran ini menambahkan sentuhan artistik yang kuat pada struktur Bangunan.
Periode Pembuatan: 2015

Bale Pesanekan
Yang berfungsi sebagai tempat para pemedek untuk beristirahat.
Bangunan seperti ini merupakan bagian dari warisan budaya dan keagamaan Hindu-Bali yang kaya. Mereka memainkan peran penting dalam memelihara dan meneruskan tradisi-tradisi keagamaan yang telah ada selama berabad-abad di Bali.
Pelestarian dan perawatan Bangunan ini juga dapat menciptakan lapangan kerja bagi penduduk setempat, misalnya sebagai petugas pemeliharaan, pemandu wisata, atau pengelola kegiatan keagamaan di Bangunan tersebut. Hal ini dapat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat lokal.
Periode Pembuatan: 2015

Pelinggih Lebuh
Yang berfungsi untuk menyimpen saat piodalan.
Pelinggih seperti ini merupakan bagian dari warisan budaya dan keagamaan Hindu-Bali yang kaya. Mereka memainkan peran penting dalam memelihara dan meneruskan tradisi-tradisi keagamaan yang telah ada selama berabad-abad di Bali.
Pelinggih ini sering kali dihias dengan ukiran-ukiran halus dan ornamen-ornamen yang rumit, yang menggambarkan adegan-adegan mitologis, motif alam, atau pola-pola geometris. Keindahan ukiran ini menambahkan sentuhan artistik yang kuat pada struktur pelinggih.
Periode Pembuatan: 2015

Pelinggih Baruna
Yang berfungsi sebagai tempat melasti menurut kepercayaan masyarakat disana.
Pemerintah atau lembaga kebudayaan mungkin terlibat dalam pemeliharaan pelinggih yang memiliki nilai sejarah atau keagamaan yang penting bagi masyarakat Bali.
Pelestarian dan perawatan pelinggih ini juga dapat menciptakan lapangan kerja bagi penduduk setempat, misalnya sebagai petugas pemeliharaan, pemandu wisata, atau pengelola kegiatan keagamaan di pelinggih tersebut. Hal ini dapat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat lokal.
Periode Pembuatan: 2015

Pelinggih Sri Aji Kunti Kuntana
Pelinggih Sri Aji Kunti Kentana pada pelinggih ini terdapat sebuah menhir berdiri diatas sebuah pelinggih dengan bagian dasar menhir tetanam 3-5 cm ke bawah. Menhir berbentuk tidak beraturan dengan permukaan ditumbuhi lichen.
Pelinggih seperti ini merupakan bagian dari warisan budaya dan keagamaan Hindu-Bali yang kaya. Mereka memainkan peran penting dalam memelihara dan meneruskan tradisi-tradisi keagamaan yang telah ada selama berabad-abad di Bali.
Periode Pembuatan: 900 - 1200

Bale Pawedan
Bale Pewedan adalah salah satu bangunan suci yang terdapat di pura (baik pura umum maupun sanggah/merajan keluarga) yang berfungsi sebagai tempat duduk dan memuput upacara oleh pemangku atau sulinggih selama prosesi yadnya (upacara keagamaan Hindu Bali).
Bangunan seperti ini merupakan bagian dari warisan budaya dan keagamaan Hindu-Bali yang kaya. Mereka memainkan peran penting dalam memelihara dan meneruskan tradisi-tradisi keagamaan yang telah ada selama berabad-abad di Bali.