SEJARAH PURA

"Candri Manik" berasal dari dua kata Sanskerta-Bali, yakni Candri yang berarti cahaya bulan dan Manik yang berarti permata.

unnamed

Sejarah Pura Pucak Candri Manik Srokadan

Pura Puncak Candri Manik Srokadan adalah sebuah pura yang terletak di wilayah pegunungan Desa Srokadan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali. Pura ini berdiri di atas puncak bukit yang sunyi dan sejuk, dikelilingi hutan lebat dan kabut yang sering menyelimuti, menjadikannya sebagai tempat persembahyangan yang sangat sakral dan spiritual.


Secara turun-temurun, Pura Puncak Candri Manik digunakan oleh masyarakat adat Srokadan dan sekitarnya sebagai tempat untuk:

  • Menyucikan diri melalui prosesi spiritual

  • Melakukan tapa yoga semadi (semedi di alam sunyi)

  • Memohon keselamatan dan pencerahan

  • Upacara "piodalan", yang biasanya jatuh pada Saniscara Kliwon Watugunung (Sabtu Kliwon, wuku terakhir dalam kalender Bali)

Asal-usul dan Makna Nama

Nama "Candri Manik" berasal dari dua kata Sanskerta-Bali, yakni Candri yang berarti cahaya bulan dan Manik yang berarti permata. Secara simbolik, nama ini menggambarkan kesucian dan kemurnian spiritual yang bercahaya seperti permata di puncak pegunungan. Sebutan ini merepresentasikan kedudukan pura sebagai tempat pemujaan yang tinggi nilainya secara rohani, dan dianggap sebagai titik penyatuan antara manusia dengan energi ilahi.

Latar Sejarah dan Fungsi Religius

Pura ini dipercaya telah ada sejak zaman Bali Kuno dan dikaitkan dengan aktivitas para resi atau pertapa yang mencari keheningan di tempat tinggi untuk bertapa dan menyatu dengan alam. Lokasinya yang berada di puncak bukit membuat pura ini termasuk ke dalam kategori pura kawitan atau pura kahyangan, yaitu tempat suci yang dibangun sebagai penghormatan kepada para leluhur dan Dewa Siwa sebagai aspek pelebur sekaligus pemurni alam semesta.

Lontar Logam

Batu Pratima

Sejarah Prasasti Srokadan

Prasasti Srokadan merupakan salah satu peninggalan sejarah penting dari masa Bali Kuna yang diperkirakan berasal dari sekitar abad ke-10 hingga ke-12 Masehi, pada masa pemerintahan raja-raja Warmadewa. Prasasti ini ditemukan di kawasan Banjar Srokadan, Desa Bangbang, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli — sebuah daerah yang dikenal memiliki sejumlah peninggalan purbakala dan tempat suci di kawasan pegunungan, termasuk Pura Pucak Candri Manik. Meskipun isi lengkap prasasti belum sepenuhnya terdokumentasi secara digital, nama "Srokadan" yang termuat dalam prasasti ini menunjukkan adanya suatu komunitas atau kawasan penting pada masa lampau, yang mungkin berfungsi sebagai pusat keagamaan atau permukiman yang memiliki peranan administratif. Prasasti ini diduga kuat berkaitan dengan penetapan status tanah suci (karaman) atau pemberian hak istimewa oleh raja kepada sekelompok pendeta atau warga setempat untuk mengelola dan menjaga tempat suci.

Dokumen Sejarah Prasasti Srokadan

Keistimewaan Lokasi

Untuk mencapai pura ini, umat Hindu atau pengunjung harus menempuh perjalanan melalui jalan setapak di tengah hutan dan tanjakan curam. Perjalanan ini bukan hanya fisik, tetapi juga dianggap sebagai metafora perjalanan spiritual, dari dunia profan menuju ruang sakral. Pura ini memiliki struktur bangunan khas Bali, dengan pelinggih-pelinggih (bangunan pemujaan) yang menghadap ke arah mata angin tertentu sesuai aturan Asta Kosala-Kosali. Beberapa bagian pura juga diyakini sebagai tempat berstana para Dewa dan roh leluhur.
quotes

“Sebagai bagian dari warisan budaya dan spiritual Bali, Pura Puncak Candri Manik Srokadan bukan hanya tempat sembahyang, tapi juga menjadi penjaga nilai-nilai kesucian, keselarasan dengan alam, dan warisan leluhur.”